Investing.com - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan Kamis (04/06) pagi. Melemahnya rupiah ini masih dibayangi sentimen positif global rencana stimulus besar di AS & serta percepatan pemulihan ekonomi. Tatanan normal baru juga disebut sebagai katalis positif bagi rupiah dan pound turun di tengah rencana persiapan of England hadapi perceraian dengan Uni Eropa tanpa tercapainya kesepakatan.
Rupiah ditutup turun 0,32% di 14.140,0 per dolar AS sampai pukul 11.27 WIB menurut data Investing.com Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.097 per dolar AS hingga 14.146 per dolar AS seperti dikutip Liputan6 Kamis (04/06). Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 1,92 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.165 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.245 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah diperkirakan masih berpotensi menguat didukung sentimen positif global. Analis mengatakan, sentimen global hari ini masih relatif positif untuk aset berisiko.
Apalagi, lanjut analis, negara-negara besar di Zona Euro dan Amerika Serikat masih akan mengeluarkan stimulus besar yang bisa mempercepat pemulihan.
Dari domestik, penerapan tatanan normal baru (new normal) juga masih memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan terus menguat di tengah pandemi Corona Covid-29. Bahkan, rupiah diperkirakan bisa menguat hingga di bawah level 14.200 per dolar AS.
Penguatan rupiah terhadap dolar AS ini karena proses koordinasi yang intens dilakukan oleh BI, Kementerian dan Otoritas Keuangan (OJK) selaku regulator. Mengingat pada April lalu, rupiah sempat menembus level psikologis hingga mencapai level Rp 16.400 per dolar AS.
Sementara pound melemah pada Kamis (04/06) pagi ini lantaran risiko yang menaungi cenderung meningkat di tengah sulitnya perundingan Brexit minggu ini seperti dilansir Exchangerates.co.uk Rabu (03/06) setempat.
Gubernur Bank of England Bailey telah melakukan pembicaraan dengan kepala eksekutif bank-bank Inggris pada hari Selasa. Menurut sumber, Bailey menyatakan bahwa bank-bank harus mempercepat rencana Inggris untuk mengakhiri periode transisi pada akhir tahun tanpa adanya kesepakatan.
Dalam pernyataan rilis Rabu setempat, bank sentral Inggris menyatakan sangat penting bagi bank-bank menyiapkan sistem keuangan Inggris menghadapi semua risiko termasuk kemungkinan hubungan perdagangan Inggris/Uni Eropa yang berakhir tanpa tercapainya kesepakatan. "Ini adalah salah satu yang perlu dipersiapkan bank-bank untuk beberapa bulan mendatang."
Hingga pukul 11.51 WIB, turun 0,28% di 1,2536 mengutip data Investing.com.
Fusion Media or anyone involved with Fusion Media will not accept any liability for loss or damage as a result of reliance on the information including data, quotes, charts and buy/sell signals contained within this website. Please be fully informed regarding the risks and costs associated with trading the financial markets, it is one of the riskiest investment forms possible.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah & Pound Turun, BOE Bersiap Hadapi Kemungkinan No-Deal Brexit"
Post a Comment