Oleh Peter Nurse
Investing.com - Amerika Serikat sedikit menguat pada Rabu (17/06) petang di tengah upaya investor mencoba untuk mencerna gabungan sentimen mulai dari data ekonomi yang optimis, proyeksi suram dari ketua Federal Reserve, kekhawatiran gelombang kedua covid-19 dan ketegangan diplomatik di Asia.
Pada pukul 15.14 WIB, naik tipis 0,04% di 96,968. turun 0,01% di 1,1262 setelah meningkatnya angka pendaftaran mobil di seluruh Uni pada bulan Mei, tetapi menghadapi ujian dari data CPI kawasan Eropa sesaat lagi.
Sementara naik 0,44% ke 0,6914 pukul 15.20 WIB. turun 0,04% di 1,2569 setelah angka inflasi harga konsumen dan produsen yang lemah dapat meningkatkan kemungkinan pelonggaran moneter lanjutan pada pertemuan bank sentral Kamis ini.
Di Indonesia, rupiah naik tipis 0,05% di 14.082,5 per dolar AS sampai pukul 14.57 WIB.
Belanja konsumen AS melonjak pada bulan Mei seiring kenaikan hampir 18%, peningkatan bulanan terbesar sejak tahun 1992 - meskipun terjadi penurunan terbesar yang pernah terjadi pada bulan April lalu. Data ekonomi tersebut menjadi tanda terbaru bahwa guncangan ekonomi terburuk akibat pandemi covid-19 mungkin telah berlalu.
Namun, Ketua Federal Reserve malah meredam antusiasme yang muncul ketika ia mengindikasikan gambaran suram lainnya tentang perekonomian di Kongres AS Selasa. Kesaksiannya berlanjut pada Rabu ini.
"Kesaksian kebijakan moneter semi tahunan Ketua Powell di Senat AS memperkuat pandangan bahwa kala The Fed diinspirasi dari serangkaian data terbaru karena perekonomian dibuka kembali, kita tampaknya masih jauh dari 'normalitas' dan itu tidak akan tiba sampai kita yakin telah mengatasi covid-19,” kata analis James Knightley dari ING, dalam catatan penelitian.
Namun Beijing tengah berjuang menahan penyebaran baru wabah di ibukota Cina tersebut, sementara di AS infeksi mencapai rekor tertinggi di enam negara bagian.
Selain itu, meningkatnya ketegangan antara dan India. Bentrokan senjata terjadi di lokasi perbatasan yang disengketakan dan menyebabkan 20 orang tentara India tewas tapi jumlah korban dari pihak Cina masih belum dikonfirmasi.
Namun, pergerakan greenback Rabu ini mungkin terbukti menjadi awal dari langkah yang jauh lebih besar, seperti diyakini oleh Stephen Roach, rekan senior di Universitas Yale dan mantan Ketua Asia di Morgan Stanley (NYSE:).
Roach memperkirakan Senin lalu terjadi penurunan 35% untuk mata uang AS itu terhadap saingan utamanya dalam waktu dekat, mengutip peningkatan defisit negara dan berkurangnya tabungan.
Ia menambahkan bahwa kebangkitan Cina dan pemisahan AS dari mitra dagangnya tersebut kemungkinan akan mengakhiri supremasi dolar sebagai mata uang devisa cadangan dunia.
Fusion Media or anyone involved with Fusion Media will not accept any liability for loss or damage as a result of reliance on the information including data, quotes, charts and buy/sell signals contained within this website. Please be fully informed regarding the risks and costs associated with trading the financial markets, it is one of the riskiest investment forms possible.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Naik Tipis, Pergerakan Besar Bakal Terjadi?"
Post a Comment