Oleh Peter Nurse
Investing.com - Dolar AS terus menguat pada awal perdagangan Jumat (03/04). Kenaikan dolar AS ini dipicu aksi beli investor mencari tempat aman setelah laporan angka pengangguran yang mengerikan di AS menggambarkan sejauh mana dampak ekonomi dari pandemi covid-19.
Pada pukul 15.29 WIB, Indeks Dolar AS kian menguat 0,39 ke 100,660 dan indeks telah naik 2,16% untuk sepekan ini menurut data Investing.com. turun 0,51% ke 1,0800 dan turun 0,52% di 1,2328. menguat 0,25% ke 108,18.
Sementara itu, ditutup turun 0,27% di 16.425 dan sepekan pasangan ini masih naik 1,77%.
Wabah pandemi covid-19 telah menyebabkan ekonomi negara-negara maju nyaris tersendat karena pemerintah dunia berusaha menerapkan kebijakan pembatasan sosial untuk membendung penyebaran virus tersebut.
Bukti lebih lanjut dari kerusakan terkait kebijakan ini muncul di Amerika Serikat Kamis. Sebanyak 6,6 juta pekerja di negara itu mengajukan klaim tunjangan pengangguran dan ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada saat yang sama, pandemi virus telah menunjukkan beberapa tanda mereda pada Jumat. Saat ini angka kasus global melampaui satu juta, dengan lebih dari 53.000 orang meninggal dunia serta 6.000 orang lebih antaranya berada di AS.
"Pasar tenaga kerja AS kurang lebih telah runtuh," kata analis mata uang Commonwealth of , Joe Capurso, dalam laporan Reuters.
"Kenaikan dolar di tengah data ekonomi AS yang buruk mencerminkan status dolar sebagai mata uang kontra siklus. Dolar naik ketika perekonomian global memburuk, bahkan jika kemunduran ekonomi global ada di AS"
Lebih lanjut, data gaji pekerja non pertanian Maret di AS akan diumumkan pukul 12.30 GMT. Namun, data ini dihitung mulai dari pekan 12 Maret, sebelum mayoritas negara bagian AS melakukan karantina wilayah, sehingga kemungkinan berdampak terbatas.
Menambah daya tarik dolar yakni lonjakan harga minyak, meski kenaikan tajam Kamis telah berkurang pada awal perdagangan Jumat ini. Minyak dihargai dalam dolar dan AS juga merupakan produsen minyak dan gas utama dunia.
"USD sekali lagi terbukti menjadi Raja di saat krisis," kata analis Andreas Steno Larsen di Nordea, dalam catatan penelitian, "mungkin karena mayoritas utang masih berdenominasi USD, yang berarti bahwa USD diburu setelah likuiditas global mengetat seperti yang telah terjadi akibat karantina wilayah hadapi covid-19. "
Namun, dolar bisa melemah begitu perekonomian kembali pulih, ia memperingatkan.
“Likuiditas USD digenjot di setiap sudut pasar yang mengalami kekurangan saat ini. Pada akhirnya akan membunuh momentum USD; itu hanya masalah waktu menurut pendapat kami,” tandas Larsen.
Dolar "bisa mencapai nilai 15% selama 12-24 bulan mendatang jika perekonomian global masih bermasalah sementara ini."
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Terus Diburu, Untuk Saat Ini"
Post a Comment