Oleh Peter Nurse
Investing.com - Dolar AS menguat pada Senin (20/04) petang dengan investor bersiap menghadapi perkembangan buruk dampak covid-19.
Pada pukul 14.50 WIB, naik 0,14% ke 99.977, sedangkan turun 0,28% di 1,2464. naik 0,21% di 107,74.
"Kita engah menuju ke pusat badai," Chris Weston, kepala penelitian di broker Pepperstone, mengatakan kepada CNBC.
"Dan ketika pasar mulai kurang fokus pada berita utama seputar virus, atau setidaknya akan kurang sensitif terhadap berita yang lebih baik, kami akan lebih fokus pada efek jangka panjang terhadap perekonomian dan solvabilitas (kesanggupan bayar hutang)."
Minggu ke depan membawa angka ketenagakerjaan bulanan AS dan indikator survei zona euro, sementara pemerintah di seluruh dunia membuat langkah tentatif untuk mengurangi penguncian.
Pekan ini, data ekonomi akan banyak diketahui mulai dari ketenagakerjaan bulanan AS dan indikator survei. Sementara pemerintah di seluruh dunia akan mulai mengurangi tindakan karantina wilayah.
Salah satu mata uang yang melemah terhadap greenback pada Senin ini yakni euro pasca laporan bahwa Uni mungkin perlu melipatgandakan jumlah bantuan yang diajukan saat ini untuk mengatasi krisis covid-19.
Pukul 15.00 WIB, melemah 0,06% di 1,0869.
"Eurogroup kini telah mengajukan proposal bantuan senilai lebih dari 500 miliar euro untuk membiayai sektor kesehatan dan pekerjaan jangka pendek serta untuk membantu perusahaan kecil dan menengah. Itu setidaknya membutuhkan satu triliun euro. Ini kira-kira jumlah yang kita butuhkan untuk menghadapi masalah sekarang,” ungkap Komisaris Ekonomi Uni Eropa Paolo Gentiloni dalam wawancara dengan majalah Der Spiegel.
Mengumpulkan dana tambahan senilai satu triliun euro bisa sangat sulit, pasalnya untuk meloloskan anggaran 500 miliar euro saja perundingan yang dilalui cukup berat.
Sementara itu kenaikan biaya pinjaman Italia berpotensi menambah masalah.
Terdampak krisis covid-19 dan beban utang lebih dari 135% dari PDB, Italia dipandang sebagai negara kawasan euro yang paling membutuhkan bantuan dari negara tetangga. Utamanya, setelah politisi kawasan itu gagal menyetujui penjualan obligasi covid-19, utang instrumen yang akan mengumpulkan risiko kredit dari negara-negara yang lebih lemah seperti Italia dengan negara-negara peringkat atas seperti Jerman.
"Di kala obligasi covid-19 tidak disetujui, utang bank untuk kredit macet dan lebih banyak stimulus fiskal mungkin memang masih bisa terwujud (setidaknya, pada titik tertentu), namun jelas bahwa Uni Eropa sangat terpecah tentang semua inisiatif pertumbuhan," tulis Danske dalam catatan penelitian. "Memang, dalam pandangan kami, ada risiko terkait ekonomi/politik/utang-deflasi, yang menahan laju EUR/USD."
Financial Times melaporkan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) telah mengadakan pembicaraan dengan Komisi Eropa soal membentuk 'bank-bank buruk' terpusat untuk menghapus pinjaman yang buruk dari neraca bank. Proposal ini disebut menghadapi penolakan keras.
Di tanah air, rupiah turun tipis 0,08% di 15.412,5 terhadap dolar AS pukul 15.13 WIB.
Sementara naik tipis 0,04% ke 7,0743 setelah People's Bank of memangkas suku bunga utama satu tahun sebesar 20 basis poin. juga naik 0,66% di 10,3880 dan menguat 0,71% ke 74,4853 lantaran harga minyak berada di bawah tekanan baru.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Menguat Senin Petang, Euro Alami Tekanan Dana Stimulus"
Post a Comment