Investing.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada perdagangan Selasa (31/03) petang. Berdasar data Investing.com, rupiah naik tipis 0,09% di 16.310,0 per dolar AS.
Pada Selasa (31/3) petang menurut berita yang dilansir CNBC Indonesia, US$ 1 dilevel Rp 16.300 di pasar spot. Rupiah menguat 0,37% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin. Sebelumnya rupiah bergerak volatil sempat menguat di awal perdagangan 0,28% ke Rp 16.280/US$, kemudian berbalik melemah 0,37% di Rp 16.385/US$.
Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) hingga pukul 14:54 WIB, kurs rupiah 1 Pekan di Rp16.328, di Rp16.419 dan 2 Bulan di Rp16.550. Untuk kurs Domestic NDF (DNDF), rupiah periode 1 Bulan di Rp 16.400 dan di Rp 16.500.
Pergerakan tipis rupiah ini lanjut laporan menunjukkan masih kuatnya tekanan terhadap rupiah, dan pelaku pasar masih bimbang melihat dinamika yang terjadi di pasar global akibat pandemi virus corona (COVID-19).
Pandemi sudah menyerang 170 negara lebih ungkap data Johns Hopkins CSSE. Cina sendiri sudah sukses meredam penyebaran COVID-19, bahkan negeri kini bukan lagi menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak. Amerika Serikat (AS) kini menjadi episentrum baru penyebaran COVID-19. Hingga pagi ini tercatat jumlah kasus sebanyak 163.429 kasus, disusul Italia 101.739 kasus, kemudian Spanyol 87.956 kasus. China berada ditempat ke empat dengan jumlah kasus sebanyak 82.199 kasus.
Selain sukses meredam COVID-19, ada satu kabar bagus lagi dari China. Sektor manufaktur Negeri Tiongkok bangkit lebih cepat dari prediksi. Purchasing managers' index (PMI) manufaktur China di bulan Maret dilaporkan sebesar 52, melesat dibandingkan bulan Februari 35,7, dan jauh di atas prediksi di Forex Factory sebesar 44,9.
Rupiah kompak menguat bersama sejumlah mata uang Asia lain lapor Kontan Selasa. Mulai dari dolar , dolar , dolar Taiwan, peso Filipina, hingga ringgit Malaysia. Won menjadi yang paling perkasa dengan menguat 0,50% di hadapan USD. Di sisi lain, yen dan baht Thailand justru melemah terhadap dolar AS.
Sementara itu lanjut laporan, Indonesia (BI) mengungkapkan telah membeli obligasi obligasi pemerintah dalam jumlah besar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Sejak awal 2020, nilai pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh bank sentral mencapai Rp 172,5 triliun.
MH Thamrin, lanjut Perry, menyerap obligasi yang dilepas oleh investor asing. Nilainya mencapai Rp 166,2 triliun. Menurut Perry, arus modal keluar (capital ouflows) dari pasar keuangan Indonesia terjadi akibat kepanikan pelaku pasar akibat penyebaran virus corona. Maklum, penyebaran virus ini begitu cepat dan luas.
Lebih lanjut Gubernur BI ini menjelaskan mengenai kondisi nilai tukar saat ini bahwa tekanan terhadap sudah mereda. Menurutnya, kepanikan investor dunia mereda setelah Amerika Serikat meluncurkan stimulus ekonomi sebesar USD2 miliar. Bahkan, kata Perry, AS berencana menambah kembali stimulus ekonomi sebesar US$600 miliar.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Menguat Tipis, BI Beli Obligasi RI untuk Stabilisasi Nilai Tukar"
Post a Comment