Oleh Gina Lee
Investing.com - Amerika Serikat naik tipis pada Senin (31/05) petang. Investor masih mencerna data ekonomi beragam dari dan data inflasi yang kuat dari AS, serta juga mengharapkan Federal Reserve AS akhirnya akan mulai mengurangi pembelian asetnya.
menguat tipis 0,05% di 90,035 pukul 13.26 WIB menurut data Investing.com.
Pasangan naik tipis 0,04% di 6,3697 setelah Sheng Songcheng, mantan direktur departemen statistik People’s of China (PBOC), mengatakan pada hari Minggu bahwa kenaikan yuan tidak akan bertahan. Bank sentral China terpisah menambahkan bahwa mata uang dapat terdepresiasi di masa depan pada hari yang sama.
Pasangan turun tipis 0,07% ke 109,74. Data yang dirilis sebelumnya menunjukkan untuk April meningkat sebesar 2,5% bulan ke bulan, melampaui 1,7% di bulan Maret tetapi di bawah 4,1% menurut perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com. Data juga mengungkapkan bahwa meningkat sebesar 12,0% tahun ke tahun, tetapi di bawah 15,3% dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com, pada bulan April.
Di Indonesia, rupiah turun tipis 0,09% di 14.292,5 per dolar AS hingga pukul 12.46 WIB.
Pasangan naik 0,18% ke 0,7727 pukul 13.30 WIB. akan merilis keputusan kebijakannya pada hari Selasa. Pasangan naik tipis 0,08% di 0,7253.
Pasangan stagnan turun tipis 0,01% di 1,4186.
Baik pasar AS dan tutup karena hari libur pada hari Senin.
Data yang dirilis sebelumnya mengatakan China sebesar 51,0 dan adalah 55 di bulan Mei, keduanya tetap di atas level 50 yang menunjukkan pertumbuhan. Namun, PMI manufaktur sedikit di bawah 51,1 seperti yang diperkirakan oleh Investing.com dan pembacaan bulan April.
Di AS, data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan naik sebesar 3,1% tahun ke tahun di bulan April, di atas perkiraan 2,9% yang disiapkan oleh Investing.com dan 1,9% selama sesi sebelumnya.
Indeks tersebut juga di atas target 2% Fed dan membukukan peningkatan tahunan terbesar sejak 1992 seiring pemulihan negara dari COVID-19 dan berbagai gangguan pasokan.
"Jika kita melihat inflasi secara konsisten mencapai di atas 2%, itu bisa memberikan tekanan kenaikan pada upah. Ada risiko inflasi cenderung lebih tinggi dari yang diharapkan," sebut Masafumi Yamamoto, kepala strategi mata uang di Mizuho Securities, kepada Reuters.
Namun, investor berharap Fed akan mempertahankan kebijakan moneter dovish-nya saat ini selama beberapa bulan lagi, kemungkinan hingga akhir 2021.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun menjadi 1,581%, penurunan bulan kedua menyusul lonjakan awal tahun 2021 karena masalah inflasi.
Sementara itu, para pejabat utama Fed, termasuk Wakil Ketua Fed Richard Clarida, baru-baru ini mengatakan Fed kemungkinan akan memulai pembicaraan tapering jika inflasi semakin meningkat.
Investor sekarang menunggu data ekonomi AS lanjutan yaitu dan , yang akan dirilis pada hari Jumat, untuk mengukur pemulihan ekonomi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Menguat Tipis Meski Ada Sinyal Perlambatan Pulihnya Ekonomi China"
Post a Comment