Search

Rupiah Menguat Akhir Pekan, Sentimen Ekonomi Cina Jadi Pendorong

© Reuters.  © Reuters.

Investing.com - Akhir pekan, rupiah berakhir menguat terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (15/05) petang. Penguatan rupiah ini tidak sejalan dengan pasar mata uang kawasan lain yang bergerak variatif, tak lepas pula didorong katalis membaiknya produksi industri Cina April tumbuh 3,9% year-on-year (YoY). Ini menandakan mulai pulihnya ekonomi Cina dari covid-19, kendati sentimen data neraca perdagangan RI masih defisit.

Mengutip data Investing.com, rupiah ditutup naik 0,17% di 14.860,0 hingga pukul 14.58 WIB. Untuk kurs referensi Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.909 per dolar AS atau menguat dari Rp14.946 per dolar AS pada Kamis (14/5) seperti dilansir CNN Indonesia Jumat (15/05).

Rupiah melemah 0,07% begitu perdagangan hari ini dibuka lapor CNBC Indonesia Jumat (15/05), dan berlanjut hingga 0,34% ke Rp 14.890/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Setelahnya rupiah perlahan bangkit dan menguat 0,1% ke Rp 14.825/US$.

Sayangnya posisi rupiah sedikit terkoreksi dan mengakhiri perdagangan di level Rp 14.830/US$. Meski tipis, penguatan tersebut cukup mengantarkan rupiah mencatat penguatan 3 hari beruntun setelah 2 hari sebelum menguat 0,2% dan 0,07%. Selain itu, rupiah hanya sekali melemah dalam 5 hari perdagangan di pekan ini, sehingga berhasil membukukan penguatan mingguan sebesar 0,4%.

Sementara pada hari ini, sentimen pelaku pasar kembali membaik yang tercermin dari menguatnya bursa saham Asia pagi ini. hari ini, kabar baik datang dari , output industri di bulan April dilaporkan tumbuh 3,9% year-on-year (YoY). Rilis tersebut lebih tinggi ketimbang prediksi Reuters sebesar 1,5% YoY. Hal tersebut tentunya memberikan harapan perekonomian global bisa segera bangkit setelah pandemi Covid-19 berhasil diredam.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, maka modal akan dialirkan ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, dan rupiah mendapat rejeki. Rupiah bahkan masih tetap perkasa saat data menunjukkan neraca perdagangan Indonesia tekor di bulan April.

Badan Pusat Statistik melaporkan ekspor terkontraksi (tumbuh negatif) -7,02% YoY, menjadi US$ 12,19 miliar, sedangkan impor mengalami kontraksi -18,58% YoY menjadi US$ 12,54 miliar. Sehingga neraca perdagangan mencatat defisit US$ 350 juta.

Lanjut laporan rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia lain. Yen menguat 0,17 persen, baht Thailand 0,07 persen, dolar 0,03 persen, dan dolar 0,01 persen.

Sedangkan mata uang Asia lain justru terperosok ke zona merah. melemah 0,56 persen, won minus 0,25 persen, ringgit Malaysia minus 0,23 persen, yuan China minus 0,08 persen, rupee India minus 0,01 persen.

Mata uang negara maju bergerak variasi. Sebagian menguat, sebagian lain melemah dari dolar AS. Poundsterling melemah 0,21 persen, franc Swiss minus 0,01 persen, dan dolar minus 0,01 persen. Namun, rubel Rusia menguat 0,11 persen, euro 0,05 persen, dan dolar Kanada 0,01 persen.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Rupiah Menguat Akhir Pekan, Sentimen Ekonomi Cina Jadi Pendorong"

Post a Comment

Powered by Blogger.