Oleh Peter Nurse
Investing.com - Amerika Serikat lanjutkan penurunan pada Jumat (19/03) petang sejalan dengan tren pelemahan imbal hasil obligasi AS pasca sikap kebijakan dovish dari Federal Reserve.
Pada pukul 15.23 WIB, indeks dolar AS kian turun 0,19% di 91,692 menurut data Investing.com. melemah 0,22% di 108,64 setelah of Japan memperluas batas targetnya untuk patokan imbal hasil dengan nilai implisit 5 basis poin. Langkah yang diikuti oleh konferensi pers Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengecilkan saran untuk memperketat kebijakannya.
Di Indonesia, rupiah turun tipis 0,10% di 14.405,0 per dolar AS hingga pukul 14.59 WIB.
naik 0,15% di 1,3942 pukul 15.27 WIB meski ada kekhawatiran kampanye vaksinasi akan melambat. Bank of England mempertahankan sikap pelonggaran kebijakannya pada pertemuan hari Kamis dan memperingatkan prospek pemulihan Inggris tetap belum jelas untuk kedepannya.
naik 0,12% di 1,1930 di tengah gelombang ketiga kasus Covid-19 melanda sebagian besar wilayah , sementara terus naik 0,08% di 0,7762.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menjelaskan awal pekan ini bahwa bank sentral akan mempertahankan langkah stimulus moneter yang agresif dan mengatakan lonjakan inflasi jangka pendek akan terbukti bersifat sementara meskipun Fed memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS terkuat dalam hampir 40 tahun.
Imbal hasil acuan obligasi AS tenor 10 tahun naik lebih dari 1,75% Kamis, level tertinggi sejak Januari 2020, sebelum turun di bawah 1,70% pada awal perdagangan sesi Eropa Jumat.
"The Fed terus menegaskan bahwa inflasi akan dibiarkan melampaui batas dan mereka perlu melihat inflasi terlebih dahulu sebelum (kebijakan) apapun yang terkait dengan pengetatan hampir tidak dapat dipertimbangkan," kata analis di Nordea, dalam catatan riset.
"Ini akan, dalam pandangan kami, memungkinkan imbal hasil obligasi USD dan ekspektasi inflasi terus meningkat selama kuartal II (berpotensi besar)."
Di pasar negara berkembang, turun 0,35% di 74,0549 pukul 15.32 WIB menjelang Rusia pada Jumat malam setempat. Bank sentral ini diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di 4,25%, tetapi tekanan pun semakin meningkat pada bank sentral itu untuk memperketat kebijakan akibat melonjaknya harga pangan dan mata uang yang dilemahkan sanksi telah mendorong inflasi ke laju tercepat dalam empat tahun. Brasil dan Turki, dua pasar negara berkembang terbesar di dunia, keduanya menaikkan suku bunga lebih besar dari antisipasi awal pekan ini untuk mengendalikan inflasi.
turun 0,82% di 7,2592 pukul 15.33 WIB.
"Bank sentral Turki melakukan penyesuaian agresif 200bp untuk kebijakan suku bunganya dengan pertimbangan memburuknya minat risiko global, tren naik harga komoditas dan melemahnya lira, sehingga menambah risiko inflasi yang tinggi," urai analis ING, dalam catatan riset.
Fusion Media or anyone involved with Fusion Media will not accept any liability for loss or damage as a result of reliance on the information including data, quotes, charts and buy/sell signals contained within this website. Please be fully informed regarding the risks and costs associated with trading the financial markets, it is one of the riskiest investment forms possible.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Lanjut Turun Pasca Nada Kebijakan Federal Reserve Dovish"
Post a Comment