Oleh Peter Nurse
Investing.com - Amerika Serikat lanjut naik pada Senin (22/03) petang dan mata uang Turki terpukul paling keras setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan tiba-tiba mencopot gubernur bank sentralnya dari jabatan.
Pada pukul 15.30 WIB, indeks dolar AS naik tipis 0,09% ke 92,007 menurut data Investing.com. turun 0,16% di 108,70, melemah tipis 0,04% di 1,3863, sedangkan turun 0,255 di 0,7723. Adapun turun tipis 0,05% di 1,1897 kala gelombang ketiga kasus Covid-19 melanda mayoritas wilayah .
Sementara, rupiah ditutup turun tipis 0,02% di 14.402,5 per dolar AS hingga pukul 14.57 WIB.
Meskipun demikian, fokus pasar akan tertuju pada lira Turki. Pukul 15.34 WIB, kian melonjak 10,27% di 7,9548 menyusul keputusan mengejutkan pada akhir pekan dari Presiden Erdogan yang memecat gubernur bank sentral Naci Agbal setelah hanya empat bulan menjabat. Keputusan itu diambil hanya beberapa hari setelah ia mengumumkan kenaikan besar suku bunga negara tersebut untuk memerangi kenaikan inflasi.
Erdogan kemudian menunjuk Sahap Kavcioglu, seorang anggota parlemen partai berkuasa yang telah memperjuangkan suku bunga yang lebih rendah, sehingga menimbulkan kekhawatiran ia akan membalikkan langkah ortodoks yang diambil untuk memerangi inflasi, yang dapat menyebabkan volatilitas pasar yang berkelanjutan.
Dalam waktu singkatnya di tempat kerja, Agbal telah menaikkan suku bunga sebesar 875 basis poin menjadi 19% dan mendapatkan kembali kredibilitas kebijakan yang mendorong lira untuk menguat dari dalam.
"Tanpa banyak cadangan yang tersisa untuk mempertahankan mata uang, dan mempertimbangkan ekspektasi eksodus modal investor asing dan lokal, mungkin sulit bagi Turki untuk menghindari krisis mata uang lain dalam beberapa bulan mendatang," beber ahli strategi Societe Generale (PA:) Phoenix Kalen, dalam catatan riset.
Kekhawatiran bahwa gejolak ini akan menyebar ke pasar negara berkembang lainnya telah membantu dolar. Misalnya, pukul 15.41 WIB, naik 0,66% di 74,6123 meskipun bank sentral Rusia menaikkan suku bunganya pada hari Jumat untuk pertama kalinya sejak tahun 2018.
Pada pekan ini, investor akan mengalihkan perhatiannya kepada sejumlah besar lelang obligasi AS yang berfokus pada tanggal jatuh tempo yang telah mengalami penjualan besar-besaran akhir-akhir ini di tengah prospek pertumbuhan dan inflasi.
“Meningkatnya gelombang ketiga kasus Covid-19 di Eropa dan ancaman aksi jual yang tidak teratur di obligasi AS masih menghantui sentimen risiko. Ini memberikan dolar beberapa dukungan,” sebut analis di ING, dalam catatan riset.
Selain itu, Ketua Fed Jerome Powell dan Menteri AS Janet Yellen diperkirakan akan membuat penampilan bersama pertama mereka di depan komite Keuangan DPR AS untuk bersaksi mengenai kebijakan pandemi dari Fed dan Departemen Keuangan AS pada hari Selasa.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Lanjut Menguat Ditengah Gejolak Mata Uang Turki"
Post a Comment