Investing.com - Kabar baik menghampiri pasar keuangan Indonesia petang ini. Rupiah berakhir menguat terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan akhir pekan ini Jumat (08/05) petang setelah Indonesia (BI) mengungkap indikator stabilitas rupiah dan tingkat inflasi. Sementara cadangan devisa RI mengalami kenaikan di bulan April.
Rupiah ditutup naik 0,83% di 14.920,0 per dolar AS menurut data Investing.com hingga pukul 15.47 WIB. Untuk sepekan, rupiah mencatatkan kenaikan sebesar 0,30%.
Rupiah sebenarnya melemah 0,13% ke Rp 15.000/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka mengutip laporan CNBC Indonesia Jumat (08/05), bahkan sempat melemah 0,33% ke Rp 15.030/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Tetapi tidak lama rupiah langsung berbalik menguat hingga 0,76% ke Rp 14.866/US$.
Posisi tersebut sedikit terpangkas, di akhir perdagangan rupiah berada di level Rp 14.890/US$ atau menguat 0,6% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dengan penguatan tersebut, rupiah sekali lagi menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Rabu lalu, rupiah juga menjadi juara Asia meski mengarungi mayoritas perdagangan di zona merah.
Rupiah langsung mendapat tenaga untuk menguat sejak awal perdagangan hari ini. Sebabnya Kementerian Perekonomian mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni.
Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan kenaikan cadangan devisa di bulan April. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah. Cadangan devisa Indonesia pada April 2020 tercatat sebesar US$ 127,9 miliar, atau naik US$ 6,9 miliar dari bulan sebelumnya.
Sebagaimana diberitakan Bisnis.com Jumat (08/05), Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko lewat keterangan resmi, Jumat (8/5) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah pada pekan kedua Mei 2020, yakni indikator nilai tukar dan inflasi.
Selain soal pergerakan rupiah, yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun naik ke level 8,07% pada Kamis (6/5) dan turun tipis jadi 8,06% pada pagi hari ini. Sedangkan yield UST (US Treasury Note atau surat utang yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun) naik level 0,641%.
Lebih lanjut, mengenai aliran modal asing pada pekan kedua Mei ini, BI mencatat premi CDS (credit default swaps) turun ke 204,05 bps per 7 Mei 2020 dari 210,08 bps per 1 Mei 2020.
Berdasarkan data transaksi 4-6 Mei 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp6,95 triliun, dengan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,84 triliun, sementara di pasar SBN jual neto sebesar Rp6,11triliun.
Kemudian, berdasarkan data setelmen 4-6 Mei 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp2,01 triliun dan selama 2020 (year to date/ytd), tercatat jual neto Rp162,18 triliun.
Sementara itu, terkait indikator inflasi, berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Mei 2020, perkembangan harga-harga pada bulan Mei 2020 diperkirakan mengalami deflasi sebesar -0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,74% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,02% (yoy).
Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas telur ayam ras (-0,08%), bawang putih (-0,04%), cabai merah (-0,03%), cabai rawit (-0,03%), kangkung, bayam dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Adapun, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu bawang merah (0,03%), daging ayam ras (0,02%), jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Menguat Tembus 14.980, Cadangan Devisa RI Naik"
Post a Comment