Search

Rupiah Jatuh Dipicu Memanasnya Tensi AS-Cina, Manufaktur RI Terdampak Covid-19

© Reuters.  © Reuters.

Investing.com - Rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (04/05) pagi pasca rilis data IHS Markit terkait produksi manufaktur Indonesia terdampak covid-19 menjelang data inflasi. Apalagi situasi panas AS-Cina turut mendorong permintaan dolar AS.

Hingga pukul 11.17 WIB, rupiah anjlok 1,96% atau 291 poin di 15.116,0 per dolar AS. Pergerakan rupiah pagi ini berkisar antara 14.875,0 - 15.135,0.

Pada Senin (4/5) melansir CNBC Indonesia, kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 15.073. Rupiah melemah 0,55% dibandingkan posisi sebelum libur Hari Buruh.

Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah melemah 0,74%. Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin melemah dan dolar AS sudah menembus level Rp 15.000. Sayang sekali, karena sebenarnya mayoritas mata uang utama Asia berhasil melemah di hadapan dolar AS. Alhasil, depresiasi lebih dari 1% membuat rupiah terbenam di dasar 'klasemen' mata uang Asia.

Pelemahan kurs rupiah dipicu oleh beragam sentimen global ungkap Katadata Senin (04/05), mulai dari kekhawatiran pasar akan pelonggaran lockdown hingga konflik baru antara AS dan terkait asal-usul wabah virus corona. 

Dari dalam negeri, IHS Markit hari ini merilis data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia. Hasilnya sama sekali tidak menyenangkan. Pada April 2020, PMI manufaktur Indonesia berada di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI pada April 2011.

Keterangan tertulis IHS Markit menyebutkan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di Indonesia dalam rangka memerangi penyebaran virus corona membuat produksi manufaktur anjlok karena pabrik-pabrik tutup sementara. Akibatnya, output manufaktur berada di titik terlemah sepanjang sejarah pencatatan PMI. Tidak hanya produksi, permintaan juga lesu terutama untuk keperluan ekspor. 

Investor juga menantikan rilis data inflasi pada pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun laporan memperkirakan inflasi bulan lalu akan berada di 0,2% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan 2,78% dan inflasi inti di 2,91% YoY.

Mengutip Bloomberg lanjut laporan, mata uang Asia bergerak bervariatif pagi ini. Dolar Singapura melemah 0,18%, dolar Taiwan 0,42%, won 0,55%, ringgit Malaysia 1,04%, dan baht Thailand 0,22%. Sedangkan yen naik 0,14%, dolar 0,01%, peso Filipina 0,08%, rupee India 0,76%, dan yuan Tiongkok 0,19%. 

Analis menyimpulkan karena sentimen negatif membayangi pergerakan pasar keuangan hari ini seperti pelonggaran karantina wilayah dapat menimbulkan kasus covid-19 gelombang kedua. AS masih menjadi negara dengan kasus positif tertinggi dunia atau sebanyak 1,19 juta orang dengan kematian 68.598 dan kesembuhan 178.263 orang. Meski demikian, Negeri Paman Sam ini berencana melonggarkan lockdown untuk memulihkan aktivitas sosial dan bisnis negaranya. 

Adapun , Selandia Baru, Italia, Austria, Spanyol, Norwegia, dan perlahan juga berencana melonggarkan kebijakan tersebut. 

Di sisi lain lanjut analis, pelaku pasar mengkhawatirkan ketegangan baru hubungan antara AS dan Tiongkok beberapa hari ini. Hal tersebut dipicu oleh tudingan AS bahwa virus corona berasal dari sebuah lab di kota Wuhan, Tiongkok. Provokasi AS akan memicu perang dagang antara kedua negara.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Rupiah Jatuh Dipicu Memanasnya Tensi AS-Cina, Manufaktur RI Terdampak Covid-19"

Post a Comment

Powered by Blogger.