Oleh Gina Lee
Investing.com - Amerika Serikat lanjut melemah pada hari Senin (25/01). Namun, mata uang AS ini tampaknya mampu menahan penurunan makin dalam terhadap mata uang berisiko di tengah kekhawatiran COVID-19 dan data ekonomi yang lemah.
bergerak melemah 0,14% di 90,082 menurut data Investing.com pukul 13.11 WIB. Pasangan turun tipis 0,06% di 103,71 dan rupiah beranjak turun 0,16% di 14.042,5 per dolar AS sampai pukul 12.34 WIB.
menguat 0,40% di 0,7747 dan naik 0,43% ke 0,7215 seiring langkah Selandia Baru menyelidiki kasus COVID-19 domestik pertamanya dalam beberapa bulan.
Adapun, pasangan turun tipis 0,11% di 6,4738.
Sementara menguat 0,27% di 1,3721 pukul 13.15 WIB. Data dari juga menunjukkan bahwa tumbuh sebesar 0,3% sebulan pada Desember.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mengatakan pada hari Jumat bahwa varian B117 dari COVID-19 bisa menjadi 30% lebih mematikan dan ia menambahkan bahwa pembatasan perjalanan yang lebih ketat dan tindakan penguncian yang berkelanjutan di tengah laju tingkat infeksi tetap "sangat tinggi" dapat diberlakukan.
Data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Uni Eropa menyusut terutama pada bulan Januari. Indeks manajer pembelian dan masing-masing sebesar 54,7 dan 45, sedangkan dirilis di 47.5.
Di Eropa, naik tipis 0,08% ke 1,2180 meski meningkatnya ketidakstabilan politik di Italia. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte sejauh ini gagal mengamankan suara mayoritas yang berkuasa di parlemen dan ia pun menerima sedikit balasan atas seruannya kepada anggota parlemen yang berhaluan sentris dan tidak selaras untuk bergabung dengan pemerintahan minoritasnya.
Kebuntuan politik tersebut membuat imbal hasil obligasi Italia naik di mana spread di Bunds mencapai level tertinggi sejak November.
"Mengingat Conte memenangkan mosi percaya, pembubaran parlemen dan pemilihan umum kemungkinan tidak terjadi," kata kepala strategi mata uang SMBC Nikko Securities Makoto Noji kepada Reuters.
Namun, situasinya menunjukkan risiko ketidakstabilan politik yang meluas dari ketidakpuasan populer akibat kelelahan menghadapi COVID-19.
"Reli pasar saham selama pandemi ini sepenuhnya bergantung pada ekspansi fiskal dan monetisasi utang oleh bank sentral ... ketidakstabilan politik dapat menunda langkah-langkah fiskal," tambah Noji.
Di seberang Atlantik, investor tetap berharap bahwa paket stimulus senilai $1,9 triliun yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden akan segera disahkan oleh Kongres AS. Para senator berharap untuk mengesahkan langkah-langkah tersebut sebelum sidang pemakzulan kedua mantan presiden Donald Trump, yang akan dimulai pada 8 Februari.
Sementara itu, Federal Reserve akan menggelar rapat kebijakan pertama tahun 2021 pada hari Selasa dan keputusan kebijakan akan diumumkan pada hari Rabu setempat. sentral AS diharapkan tetap menjaga komitmen kebijakan moneter yang akomodatif dalam pertemuan itu.
Fusion Media or anyone involved with Fusion Media will not accept any liability for loss or damage as a result of reliance on the information including data, quotes, charts and buy/sell signals contained within this website. Please be fully informed regarding the risks and costs associated with trading the financial markets, it is one of the riskiest investment forms possible.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Lanjut Melemah Meski Ada Sentimen Covid-19"
Post a Comment