Investing.com - Nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari Selasa (31/12), menurut data investing.com pada pukul 15.45 WIB di level Rp 13.882,5/dolar AS, atau menguat 0.27%.
Penguatan pada hari Selasa bahkan sempat menyentuh level Rp 13.862,5 pada pukul 13.40 WIB, yang menurut Indonesia bahwa penguatan itu memang seharusnya terjadi karena kondisi global yang mulai kondusif kendati harus tetap mewaspadai pengaruh musiman akhir tahun, dan valuasi aset finansial domestik yang didukung pasokan devisa dari eksportir yang terus melakukan penjualan, serta faktor teknikal lainnya.
Selama 2019 perjalanan nilai tukar mata uang (IDR) terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tak luput dari bayangan sentimen global. Namun, mata uang Garuda masih terbilang mampu bertahan dibandingkan mata uang negara berkembang lainnya.
Meskipun berada di atas level 14.000, masih bertahan dari guncangan global. Sepanjang Januari, aksi Rupiah tak begitu buruk dalam menghantam dolar AS.
Keperkasaan rupiah berlanjut hingga Februari 2019. Kementerian (Kemenkeu) mencatatkan sepanjang Januari hingga pertengahan Februari 2019. Bahkan, sempat berada di level tertinggi pada 6 Februari di level 13.947.
Sayangnya pada bulan Maret, kembali terkapar melawan USD hingga lengser ke posisi 14.324. Saat itu, USD terus menguat lantaran positifnya data manufaktur di AS serta kenaikan harga minyak dunia.
Jelang pemilu serentak 2019, mulai bangkit dan pada 19 April, nilai tukar Rupiah terhadap USD berada di level 14.016.
Di Bulan Mei, USD kembali mengamuk hingga menyeret terjerembab ke level 14.525. Pemicu utamanya, gejolak politik di dalam negeri. Saat itu, hasil hitung cepat sementara memenangkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Pada awal Agustus 2019, kembali melemah ke level 14.350. Namun pada pertengahan September sempat menguat ke level 13.950.
Sepanjang Oktober 2019, mengalami apresiasi sebesar 1,18 persen, yang menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo hal itu sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik.
Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit menurun turut memberikan sentimen positif terhadap . Sentimen perang dagang antara AS dan masih menjadi misteri bagi para investor pasar uang.
Pada awal Oktober 2019 rupiah berada di level 14.193. Kemudian pada pekan terakhir Oktober sempat menyentuh level 13.996.
Memasuki pekan pertama Desember 2019, nilai tukar berada pada posisi 14.125. Sementara pada pekan terakhir Desember, nilai tukar Rupiah kembali menguat ke posisi 13.978.
Lalu bagaimana dengan 2020, apakah masih berpeluang menguat atau justru malah melemah?
Bila dilihat dari situasi keuangan global, semakin banyak bank sentral yang melonggarkan kebijakan moneternya maka hal itu akan berdampak positif bagi Indonesia, khususnya dengan semakin bertambahnya aliran modal asing ke pasar domestik.
Sebelumnya salah satu bank investasi ternama, Goldman Sachs (NYSE:), telah memprediksikan tahun depan masih akan menguat, akibat dari yield yang relatif tinggi, stabilitas makroekonomi Indonesia, dan kondisi global akan membaik, yang terakhir ini akan membuat pelaku pasar lebih nyaman masuk ke aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Akhir Tahun 2019, Rupiah Libas Dolar AS dan Berpeluang Lanjut Menguat di 2020"
Post a Comment